Keberadaan pekerja anak bakal menimbulkan masalah luas dan kompleks. Membiarkan anak menjadi pekerja bakal membentuk SDM berkualitas rendah sampai lingkaran kemiskinan.
- Antisipasi Awan Panas Guguran Semeru, Warga Diimbau Jauhi Sektor Tenggara Di Sepanjang Besuk Kobokan
- Gubernur Khofifah: Tahun Baru Islam Momentum Hijrah dari Keterpurukan Pandemi Covid-19
- UMK Bandar Lampung 2023 Ditetapkan Naik Rp 220 Ribu
Baca Juga
Begitu disampaikan Gurubesar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof Nunung Nurwati seperti dikutip Kantor Berita RMOLJabar, Kamis (7/9).
"Bagi anak itu sudah jelas akan mengganggu tumbuh kembang dan kehilangan hak-haknya dan mereka akan menjadi SDM yang kualitasnya rendah,” kata Nunung.
Menurut Nunung, hal itu diakibatkan anak sejak usia dini telah bekerja bahkan ada yang tidak sekolah. Mereka juga mempunyai upah yang rendah.
Ketika mereka dewasa, lanjut Nunung, kemungkinan besar bakal menjadi tenaga yang tidak berkualitas, bekerja serabutan, dan terus mempunyai upah rendah.
Apabila terus dibiarkan, kondisi itu berpotensi terulang ketika telah berkeluarga. Mereka bakal kesulitan memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga berpotensi kembali menjadi keluarga miskin serta mendorong anak-anak mereka untuk bekerja.
“Nah, itulah yang disebut dengan lingkaran kemiskinan,” beber Prof Nunung.
- Densus 88 Tangkap Terduga Teroris yang Berprofesi Sebagai Tukang Kunci di Kota Semarang
- Pengamat Keamanan Minta Negara-Negara Perlu Sikapi Darurat Security System
- Wibi Andrino: Anies The Man With Idea